Mulai dari anak-anak hingga orang tua, umumnya kenal persis dengan kata ini. Barangkali pula Anda termasuk orang yang pernah menggunakan kosakata itu dalam keseharian atau bahkan langsung mengalaminya.
Mabôk banyak ragamnya. Pernahkah Anda muntah-muntah ketika naik mobil? Nah, itu namanya mabôk moto. Kalau Anda pernah muntah-muntah ketika naik kapal feri, itu disebut mabôk laôt. Selain itu ada pula mabôk bakông (mabuk karena makan tembakau), mabôk darah (mabuk karena melihat darah), mabôk pineung (mabuk karena makan pinang), dan mabôk candu (mabuk karena menghisap candu).
Mabôk ada yang maknanya lebih kepada kiasan. Orang yang suka berbicara ngawur (cèt langèt) juga disebut sebagai orang mabôk. Dalam keseharian hidupnya, orang mabôk jenis ini, jika dilihat dari tutur katanya, ia lebih banyak bicara daripada kerja.
Mabôk dengan makna kiasan banyak ragamnya. Sebut saja misalnya bôkbang. Kata ini bermakna tidak tenang, gelisah, resah, selalu teringat akan, memikirkan sesuatu. Apabila bôkbang dilekati imbuhan mu-, kata tersebut menjadi mubôkbang. Namun, pelekatan mu- jelas-jelas mengubah makna bôkbang, yaitu menjadi terpukau, terpesona, mabuk cinta.
Dalam keseharian, ditemukan pula istilah mabôk keu pèng. Mabôk ini ditujukan kepada orang-orang yang dalam kesehariannya ‘mendewakan’ uang. Bagi mereka uang adalah segalanya. Semua yang dilakukannya dinilai dengan uang. Pejabat-pejabat yang meminta fee kepada rakyat setelah mengurus sesuatu juga disebut mabôk keu pèng.
Lantas ada pula mabôk jabatan/pangkat. Orang yang mabôk jabatan/pangkat, perilakunya juga tak jauh berbeda dengan orang yang mabôk keu pèng. Segala cara ditempuhnya untuk mendapatkan pangkat atau jabatan. Tak peduli halal atau haram. Orang yang mabôk jabatan/pangkat juga akan bersaing secara tak sehat dengan siapa saja yang menjadi lawannya.
Mabôk keu pèng serta mabôk jabatan/pangkat muaranya adalah mabôk dônya. Bagi orang Aceh, mabôk dônya berarti semua perkara keduniawian yang dilakukan secara berlebihan, menjadikan perkara-perkara itu sebagai yang utama dengan cara melupakan Tuhan.
Lantas apa ganjaran bagi orang yang mabôk dônya? Bila dikaitkan dengan agama, tentu saja neraka jahanam. Orang Aceh menyebutnya dengan istilah nuraka paléh/nuraka pajôh/nuraka ‘uet. Secara gamblang dapat dikatakan bahwa siapa saja yang mabôk keu péng dan mabôk jabatan/pangkat balasannya adalah nuraka paléh/nuraka pajôh/nuraka ‘uet.[]
Editor: Ihan Nurdin