NAMA pulau ini mungkin masih asing di telinga Traveler. Namun keindahannya sebanding dengan Kota Sabang yang terkenal di Aceh.
Pulau Raya namanya. Pulau Raya adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara India.
Pulau Raya ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Aceh Jaya, provinsi Aceh. Pulau ini berada di sebelah barat dari Aceh dengan koordinat 4° 52′ 33″ LU, 95° 21′ 46″ BT.
Dikutip dari berbagai sumber, sebelum tsunami tanggal 26 Desember 2004 untuk pulau-pulau yang berada di Aceh Jaya, hanya Pulau Raya yang berpenghuni dan berpenduduk sekitar 82 kepala keluarga, 363 jiwa dan mempunyai 3 Dusun yaitu Dusun Lhok siron, Lhok Me dan Ujung Manek.
Namun saat ini, Pulau Raya sudah banyak ditinggal oleh penduduknya, hanya beberapa kepala keluarga (KK) yang masih bertahan hidup di sana secara permanen. Sekitar 51 KK yang masih hidup setelah tsunami tinggal di rumah bongkar pasang bergabung dengan penduduk desa lain di Desa Lhook Kruet, sekitar 1 kilometer dari pantai.
Mata pekerjaan penduduknya sebagian besar sebagai nelayan. Beberapa ada yang berprofesi sebagai petani, petani merangkap nelayan, pedagang, dan pegawai negeri.
Hasil pertanian utama adalah padi, jagung, semangka, dan ubi-ubian. Akses ke Pulau Raya sangat mudah dijangkau, hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit dari Lhok Kruet, Kabupaten Aceh Jaya dengan memakai sarana perahu atau boat nelayan, dengan jarak dari Lhok Kruet sekitar 1 kilometer.
Apa yang menarik dengan Pulau Raya? Mungkin pertanyaan inilah yang muncul di kepala traveler.
Jawabannya gampang. Layaknya daerah kepulauan lainnya, Pulau Raya juga memiliki keindahan laut yang sangat eksotis. Terumpu karangnya berwarna-warni.
Terumbu karang ini berkembang sepanjang pantai yang mengelilingi pulau ke arah kedalaman dengan kemiringan yang landai.
Menyelam di pantai Pulau Raya akan memiliki sensasi tersendiri. Ikan karang, lobster juga mudah ditemukan di sana.
Di malam hari, cobalah menelusuri pantai. Jika beruntung, Anda akan bertemu dengan penyu yang sedang bertelur.
Editor: Murdani Abdullah