ANTROPOLOG Amerika, Daniel Birchock, mengapresiasi aktivitas dan adat-adat istiadat di Aceh yang masih kental menerapkan nilai-nilai keislaman.
Menurutnya, kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh yang terbuka itu mencerminkan sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama sehingga mampu membentengi diri dari segala bentuk provokasi negatif.
"Adanya sikap keterbukaan dan toleransi di Aceh ini semakin menunjukkan bahwa Islam ini bukanlah agama yang menghembuskan sifat-sifat kebencian. Di Amerika, Islam sangat cepat berkembang dan masyarakat Amerika disana sudah terbuka dan familiar dengan Islam, mereka tidak pernah mengkaitkan lagi Islam sebagai agama yang ekstrim," ujar Daniel Birchock ketika menggelar seminar di Kantor Kesekretariatan ICAIOS Kopelma Unsyiah, Banda Aceh, Jumat sore, 17 Oktober 2014.
Daniel menjelaskan, selama melakukan penelitian Islam di Aceh, prinsip toleransi yang diterapkan dalam masyarakat Muslim di Aceh sangatlah jauh berbeda dengan daerah lainnya yang pernah ia jumpai. Pasalnya, nilai-nilai adat istiadat yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat Aceh sendiri memiliki nilai moralitas dan sosial yang tinggi.
Daniel yang kini juga fasih berbicara bahasa Indonesia dan Aceh ini juga menuturkan, awalnya ia tertarik untuk melakukan penelitian Islam di Aceh karena sebelumnya ia pernah mendengar jika watak dan nilai keislaman yang diterapkan di Aceh itu ekstrim. Ia juga mengaku telah menghabiskan waktu penelitian selama dua tahun di wilayah Jeuram, Nagan Raya untuk melakukan studi Islam.
Sementara itu, ia juga mulai yakin prinsip Islam yang diterapkan sehari-hari oleh masyarakat Aceh mampu memberikan inspirasi positif bagi masyarakat luar yang bebas dan terbuka. Daniel berharap, negara-negara lainnya dapat mengikuti serta mengadopsi nilai-nilai keislaman di Aceh yang mencerminkan prinsip demokratis.
"Dilee loen pikee akai ureueng Aceh nyoe kreuh, prinsip ngoen ajaran Islam disinoe pih ekstrim, tapi watee loen teliti hana lagee nyan loen deungoe (Dulu saya berpikir watak orang Aceh keras. Ajaran Islam disini pun ekstrim. Tapi setelah saya teliti, tidak seperti yang saya dengar," ujar Daniel dalam bahasa Aceh yang disambut sorakan baginya.
Editor: Murdani Abdullah