TEUKU Irwan Djohan hari itu dibalut setelan kasual berupa celana jeans dan jaket kulit hitam, Minggu sore, 9 November 2014. Politisi muda ini berkunjung ke kantor ATJEHPOST bersama empat kader Partai Nasdem Aceh lainnya seperti Anggota DPRK Banda Aceh Abdul Rafur. Sebagai anggota DPRA dari Partai Nasdem, Irwan Djohan ingin menjalin komunikasi dengan para pelaku media yang berperan sebagai jembatan informasi parlemen dengan masyarakat.
Seperti diketahui, Nasdem merupakan partai politik baru yang berkiprah di tingkat nasional. Partai ini dibesut Surya Paloh, pendiri organisasi Nasional Demokrat dan diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara pada 26 Juli 2011 lalu.
Meskipun baru terbentuk, Nasdem berhasil lolos tahapan verifikasi administrasi dan faktual sebagai peserta Pemilu 2014 berdasarkan ketetapan KPU. Surya Paloh lantas diusung menjadi Ketua Umum Partai Nasdem menggantikan Patrice Rio Capella pada 25 Januari 2013.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan ATJEHPOST, Partai Nasdem memiliki visi memantapkan eksistensi negara, memperkuat persatuan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, partai yang berlogo rotasi biru yang dibalut dengan warna jingga bergetsur memeluk tersebut juga ingin mendorong pertumbuhan ekonomi serta mendorong keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di sisi lain, Partai Nasdem juga memiliki misi perubahan untuk restorasi Indonesia. Maksudnya adalah mengembalikan Indonesia kepada tujuan dan cita-cita proklamasi 1945 yaitu Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan.
Melalui visi dan misi inilah delapan putra Aceh kemudian ikut bergabung bersama partai pimpinan Surya Paloh untuk menjadi anggota DPR Aceh. Mereka adalah Teuku Irwan Djohan, Saifuddin Muhammad, Ramadhana Lubis, Teuku Rudi Fatahul Hadi, Hj Fatimah, Zulfikar Lidan, Yunardi Natsir, dan Djasmi Has.
Partai ini juga berhasil mengisi tiga besar perolehan kursi terbanyak di parlemen Aceh sehingga Teuku Irwan Djohan dinobatkan sebagai Wakil sementara Ketua II DPRA mendampingi Ketua sementara DPRA Tengku Muharuddin dari Partai Aceh dan Wakil sementara Ketua I DPRA Sulaiman Abda dari Partai Golkar.
+++
TERJUN ke dunia politik tentu bukanlah hal mudah yang harus dijalani. Apalagi berbagai macam persoalan dan tantangan harus dihadapi. Hal inilah yang dialami Teuku Irwan Djohan, ST, tokoh muda Aceh yang kini terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dari daerah pemilihan I, Sabang, Banda Aceh dan Aceh Besar.
Teuku Irwan melenggang ke kursi dewan dengan mengantongi 7.876 suara, terbanyak di antara 13 rekannya dari Partai Nasdem. Sebelum terjun ke dunia politik, pria kelahiran Kuala Simpang, 1 September 1971 lalu ini mengawali karirnya sebagai seorang pengusaha.
Dirinya mengaku tidak pernah bercita-cita menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) meski almarhum ayahnya pernah memiliki jabatan empuk di Aceh. Sejak kecil, Teuku Irwan menghabiskan banyak waktu di beberapa kota di Indonesia. Di antaranya seperti di Jakarta, Cimahi, Lhokseumawe hingga Banda Aceh.
Konsep hidup nomaden ini dia lakoni karena mengikuti ayahnya, yang bertugas sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Putra kedua dari pasangan almarhum Mayjen H. Teuku Djohan dan Hj. Cut Ubit ini pernah mengenyam pendidikan Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1996 silam.
Teuku Irwan muda awalnya berkiprah di dunia seni dan sastra, terutama di bidang media dan entertainment. Dia pernah menerbitkan tabloid, radio, membuka event organizer dan berkiprah di dunia perfilman di Jakarta dan banda Aceh. Dia kerap bergelut memulai dari sebuah radio siaran swasta, tabloid berita, hingga berbagai usaha di bidang event organizer dan perfilman.
Putra mantan Wakil Gubernur Aceh ini juga pernah hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib dan pengalaman secara mendalam di bidang media. Ia sempat bergabung dengan beberapa perusahaan media dan telah berhasil menempati berbagai posisi seperti konsultan, kreator program televisi, penulis skenario, editor hingga produser. Bahkan, dirinya mengakui saat di Jakarta juga pernah membuka rumah produksi perfilman miliknya pribadi.
Saat Aceh dilanda musibah gempa dan tsunami, Teuku Irwan memutuskan untuk kembali ke Banda Aceh. Dia ingin berpartisipasi membangun kembali Aceh melalui siaran radio KBR 68H bersama lembaga Internews Indonesia. Setelah masa tanggap darurat bencana berakhir di Aceh, Irwan kemudian mencalonkan diri sebagai Walikota Banda Aceh yang berpasangan dengan Teuku Alamsyah. Sebagai politisi muda, dirinya mendapat dukungan luar biasa dari pemuda di Banda Aceh meskipun gagal terpilih.
“Bagi saya pribadi, kegagalan di kursi walikota merupakan sebuah keberhasilan yang tertunda karena mulai merasa mantap untuk terjun ke dunia politik,” ujarnya.
Dia mengaku tertarik terjun ke dunia politik karena mendapat dukungan dari keluarga dan para sahabat. Apalagi ayahnya dulu juga merupakan politisi ulung dan pernah menjabat sebagai Ketua Golkar Aceh pada 1992 lalu. Dia mengatakan setelah dilantik sebagai anggota DPRA nanti, dirinya ingin memperbaiki citra anggota DPR yang sudah dianggap negatif di mata rakyat.
“Saya ingin menjadi politisi yang baik, jujur, amanah, santun, peduli, tidak memperkaya diri sendiri ataupun kroni-kroni, serta selalu dekat dengan rakyat,” ujar suami Cut Novita Sulaiman tersebut.
+++
SELAIN Teuku Irwan Djohan, anggota DPRA lainnya dari partai ini adalah Fatimah. Sosok ini baru saja dikukuhkan sebagai anggota DPR Aceh periode 2014-2019 pada Selasa, 30 September 2014 lalu.
Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama ini mengaku ingin fokus pada bidang pendidikan selama berada di DPR Aceh. Fatimah merupakan istri dari Bakhtiar Basyah, pria asal Banda Aceh, yang merupakan petinggi di PT. Perkebunan Nusantara (persero).
“Saya sudah melihat langsung suasana dan keadaan Aceh Timur, terutama dari segi pendidikan dan pembangunan. Saya ingin berbuat lebih untuk generasi bangsa Aceh,” ujar Fatimah.
Di luar politik, Fatimah menjadi pengasuh sekolah pendidikan anak usia dini dari para istri karyawan PTPN. Hal ini pula yang membuatnya terpanggil untuk bisa membantu anak–anak sekolah.
“Saya terharu saat melihat keceriaan anak–anak bermain. Saya berkeinginan mengembangkan pendidikan untuk anak–anak Aceh,” kata mantan pengurus Kohati HMI kampus Abulyatama ini.
Selain itu, Fatimah juga mengaku prihatin dengan keadaan jalan di pedalaman Aceh Timur yang masih belum teraspal. Keinginannya tersebut sejalan dengan visi misi Partai Nasdem yang menjadi kendaraannya melenggang ke kursi dewan.
Selanjutnya Anggota DPRA dari Partai Nasdem adalah Teuku Rudi Fatahul Hadi, SH.I. Rudi merupakan utusan partai Nasdem dari Daerah Pemilihan V Lhokseumawe-Aceh Utara, yang juga tempat kelahirannya pada 8 September 1979 lalu.
Alumnus Perguruan Tinggi Jami’atut Tarbiyah Lhoksukon Aceh Utara ini berhasil meraih gelar sarjana hukum Islam pada 2011. Rudi juga pernah ikut andil dalam gerakan referendum di Aceh beberapa tahun silam. Hal ini pula yang membuatnya lolos ke DPRK Lhokseumawe pada Pileg tahun 2009.
“Selama di Kota Lhokseumawe, saya pertahankan banyak hal untuk rakyat, termasuk PDAM,” ujarnya.
Sebelum melenggang ke DPRA melalui kendaraan Nasdem, Rudi merupakan politisi partai SIRA yang dipercaya menjabat anggota DPRK Lhokseumawe. Namun pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014, partai yang memayunginya tak berhasil menjadi peserta pemilu yang membuat Rudi akhirnya pindah ke Nasdem.
“Alhamdullillah berkat bantuan masyarakat Aceh Utara dan Lhoksemawe, saya bisa hadir di DPR Aceh untuk meneruskan keinginan masyarakat Aceh,” ujar Rudi.
Ia mengaku akan terus menyerap aspirasi dan memantau kinerja Pemerintah Aceh agar lebih terarah. Hal ini dilakukan supaya Aceh lebih maju dengan kekhususannya.
Meskipun telah menjabat sebagai anggota dewan, tapi sarjana Hukum Islam ini mengaku sangat mengharapkan kritikan dan saran dari mayarakat Aceh. “Kritik saran itu harapan saya dari rakyat. Tegur dan nasehati saya ketika saya sudah salah,” ujarnya.
Selain mereka, Nasdem juga berhasil mengusung beberapa legislatif lainnya seperti Yunardi Natsir, Zulfikar ZB Lidan, Ramadhana Lubis, dan Saifuddin Muhammad ke kursi DPRA. Banyak hal yang diharapkan masyarakat dengan keberadaan mereka sebagai pengusung Restorasi Indonesia di parlemen Aceh. Salah satunya adalah memakmurkan masyarakat Aceh secara menyeluruh.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus