TANTANGAN perang dari Teungku Fakinah, pemimpin sukey (resimen) perempuan Kerajaan Aceh Darussalam bukan satu-satunya alasan Teuku Umar kembali melawan Belanda. Setelah pengkhianatannya terhadap kerajaan, Umar yang diberi julukan Johan Pahlawan dan mendapat kedudukan sebagai panglima besar oleh Belanda tersebut ternyata memendam rasa kecewa.
Adalah H Mohammad Said yang mencatat kekecewaan Teuku Umar tersebut dalam bukunya Aceh Sepanjang Abad jilid II. Ia berhasil mengutip surat lengkap Teuku Umar kepada Belanda secara lengkap seperti di bawah ini:
"Dengan ini saya memaklumkan ke hadapan tuan besar (residen van Langen-red) bahwa tugas yang dipikulkan oleh tuan kepada saya untuk mengepung Lamkrak sampai ke Luthu dan Releueng dan yang sudah saya setujui untuk pergi ke sana, tidak dapat saya penuhi, berhubung karena kontelir Uleulhue dan hofdjaksa Muhammad Arif telah memberi malu kepada saya, sebagai diceritakan berikut ini:
Maka sekarang ini, Benteng di Lamkunyit, di Bilui dan Tjot Gue (Cotgu) dan lain-lainnya semuanya sedang direbut oleh pejuang-pejuang dari XXII Mukim. Sebaiknyalah tuan besar menyuruh kepada kontelir Uleulhue dan hoofdjaksa Muhammad Arif merebutnya kembali, sebab saya ingin hendak mengaso (beristirahat-red) beberapa waktu. Jika tuan besar akan menyerang, saya akan melawan, karena perasaan saya tidak kepada Keumpeni, dan saya harap akan dibayangi tetap oleh bendera Gubernemen. Begitu juga saya tidak berobah terhadap tuan besar panglima staf, residen van Langen dan asisten residen Kutaraja.
Jika sekiranya tuan besar ingin juga supaya saya kepung Lamkrak, saya akan lakukan, tapi saya ingin supaya tuan besar Gubernur Jenderal di Betawi (maksudnya: Jakarta) menandatangani suatu ketegasan bahwa keinginan itu adalah sebenar-benarnya dan pendiriannya tidak berobah, supaya jangan lagi berulang apa yang sudah pernah terjadi.
Tentang senjata-senjata yang sudah diserahkan ke tangan saya, tidaklah dipindahkan ke mana-mana, sebab saya mengawasi 6 Mukim.
Demikianlah saya maklumkan kepada tuan besar."
Teuku Umar.[]
Baca juga:
Editor: Boy Nashruddin Agus