Hidup di wilayah sarat konflik, bukan berarti tidak ada hiburan bagi warga Gaza, Palestina. Setidaknya, inilah yang coba ditunjukkan Klub Selancar Gaza.
Komunitas ini terdiri atas puluhan orang peselancar Palestina, baik yang sudah mahir maupun yang baru belajar menghadapi ombak. Sore hari itu (13/12) di tepi pantai Laut Mediterania sebelah timur Gaza, sebagian dari mereka unjuk kebolehan.
“Sayang sekali, kondisi air lautnya. Padahal, dulu tidak seperti ini,” keluh Abu Jayyab, salah seorang anggota Klub Selancar Gaza, seperti dilansir Alarabiya, Sabtu (13/12).
Memang, pencemaran laut di pantai Gaza sangat memprihatinkan. Pasalnya, limbah di sana sudah lama mengendap setidanya sejak awal krisis listrik Gaza pada 2007. Ketika itu, Hamas mengambil alih kekuasaan politik di Jalur Gaza.
Sehingga, Israel dan Mesir kemudian memutus aliran listrik dari wilayah mereka masing-masing ke Gaza. Hal ini berimbas pemadaman bergilir untuk seluruh warga Gaza. Termasuk tersendatnya pengoperasian mesin pompa, yang bertugas agar limbah tidak masuk ke laut.
Abu Jayyab menuturkan, dirinya pertama kali merasakan berselancar di pantai Gaza pada 1990-an. Saat itu, dia hanya menggunakan papan kayu sederhana sehingga tidak cukup memadai untuknya.
Bahkan, kata Abu Jayyab, sudah empat kali dia terluka karena papan itu. Namun, ketika bergabung dengan Klub Selancar Gaza, Abu Jayyab mulai bisa mendapatkan papan selancar yang sesungguhnya.
“Pada permukaan papan selancar kami, tercantum logo organisasi dunia donatur kami. Misalnya, ini. Surfing 4 Peace, yang didirikan peselancar senior Amerika, Doran Paskowitz,” ungkap Abu Jayyab. Di sebelah Abu Jayyab, sudah hadir seorang kawannya sesama anggota klub, Ahmed Abu Hasira.
Klub Selancar Gaza memandang berselancar bukan hanya sebagai sebuah cabang olah raga. Berselancar adalah cara warga tepi pantai Gaza bersantai sejenak dan melupakan kerasnya hidup.
“Kami sudah berselancar lebih dari 20 tahun lamanya. Dan kami akan terus melakukannya,” kata Abu Jayyab. | sumber : republika
Editor: Ihan Nurdin