DARI sekian banyak kisah pilu sisa banjir, di antaranya menimpa dua warga Dusun Alue Trieng, Desa Jok, KM II, Lhoksukon, Aceh Utara. Rumah mereka rusak akibat banjir besar yang menghantam Lhoksukon beberapa waktu lalu. Bahkan satu di antaranya hanya tersisa puing-puing kayunya saja.
Jamaludin, 38 tahun, warga Desa Jok yang rumahnya rata dengan tanah kepada atjehpost.co, Rabu 31 Desember 2014 menyebutkan, seluruh harta bendanya hilang dan rusak akibat banjir. Bahkan kini rumahnya hanya tersisa lantai.
“Saat awal banjir datang saya masih bertahan di rumah. Tepat hari ketiga ketika banjir besar tiba sekitar pukul 05.00 WIB, saya hanya terpikir untuk menyelamatkan istri dan tiga anak saya. Saat saya kembali, rumah saya telah hanyut dan hancur dihantam banjir,” ceritanya berurai air mata.
Dengan suara terbata-bata, di sela - sela menjemur padinya yang masih basah, Jamaludin meneruskan, ketika berupaya menyelamatkan istri dan anaknya dari air bah, mereka berlari sekencang mungkin. Pasalnya arus air sangat deras.
“Rasanya perih, tidak dapat digambarkan dan diungkapkan. Hanya sepotong pakaian di badan yang tersisa. Bahkan becak motor yang selama ini saya gunakan untuk mencari nafkah, hanya tersisa bangkainya saja,” ucapnya sesegukan.
Dikatakan Jamaludin, saat ini istri dan anaknya telah diungsikan ke rumah keluarga di Punteut, Blang Mangat, Lhokseumawe. Sedangkan dirinya bertahan desa untuk mengumpulkan sisa puing rumah yang hanyut.
“Besar harapan saya Pemerintah segera memperbaiki tanggul jebol tersebut sebaik mungkin. Saat ini keluarga saya tidak berani kembali ke rumah, mengingat rumah saya berada persis di pinggiran tanggul sungai yang jebol. Mereka masih trauma. Jika memungkinkan, saya juga mengharapkan bantuan rumah dari pemerintah agar istri dan anak saya dapat segera kembali ke rumah,” katanya.
Hal lainnya dikisahkan Saudah, 40 tahun, warga yang sama. Hingga hari ke tiga, ia bersama keluarganya masih bertahan di rumah. Di hari ke empat, keluarganya mengungsi ke musholla setempat.
“Hari ke lima kami memilih mengungsi ke rumah anak dan menantu di Krueng Mane, Muara Batu. Di hari itu juga tanggul sungai jebol dan menghantam bagian belakang rumah kami hingga roboh total,” ucapnya.
Ditambahkan Saudah, ia mengetahui kabar tersebut dari adiknya yang juga tinggal di desa yang sama. Saat ia kembali ke rumah ketika banjir belum surut, ia melihat semua harta benda yang berada di rumah bagian belakang hanyut terbawa arus banjir.
“Saya tahu ini musibah. Tapi saya sedih karena buku pelajaran dan baju seragam sekolah dua anak saya hanyut. Bagaimana nantinya mereka harus ke sekolah?” ujar ibu empat anak itu yang sehari-hari menjadi buruh cuci.
Pantauan atjehpost.co di lokasi, kondisi serupa juga menimpa puluhan rumah lain. Di antaranya milik Ainsyah (30), Ahmadyudin (39), Tgk Din (70), Rusli (38) dan Aminah (80) janda dhuafa.[]
Editor: Murdani Abdullah