PERNYATAAN Chairwoman of Miss Indonesia Organization, Liliana Tanoesoedibjo terkait keikutsertaan Miss Indonesia asal Aceh, Ratna Nurlia Alfiandini, mendapat kecaman keras dari Front Pembela Islam (FPI), Selasa, 17 Februari 2015. Liliana bahkan dituding tidak berprikemanusiaan karena mengeluarkan statemen "anjing menggonggong" kepada sikap kontra keikutsertaan Ratna.
"Liliana memang selalu kloe prip (keras kepala) demi menghasilkan rupiah. Tak peduli dengan moralitas bangsa. Bahkan siapa saja yang kontra dianggap anjing menggonggong," ujar Tengku Mustafa Husen Woyla, Jubir FPI Aceh, melalui siaran persnya kepada ATJEHPOST.co.
Ia mengatakan sebagai istri seorang ketua partai, tindakan Liliana sangat memalukan dan tidak memiliki etika dalam berbisnis. "Wanita bukan objek yang bisa dijadikan ladang bisnis," katanya.
Front Pembela Islam (FPI) Aceh juga mengecam dipilihnya wakil Aceh di Miss Indonesia, Ratna Nurlia, model asal Surabaya yang berdarah Aceh dan Jeyskia Ayunda Sembiring di kontes Puteri Indonesia. FPI juga tidak peduli dengan sistem pemilihan yang dilakukan, baik dipilih secara prosedur apalagi main comot-comot.
"Aceh tidak akan rugi dengan tidak adanya keterwakilan di ajang ala manusia jahiliyah tersebut. Jika menghargai kemajemukan maka hargai Aceh dengan keislaman yang dianut oleh mayoritas rakyat Aceh," ujarnya.
Ia mengatakan rakyat Aceh bangga dengan ketidakikutsertaan perempuan asal Aceh ke ajang maksiat itu. Tidak adanya peminat dari dara Aceh asli, kata Tengku Mustafa, sebenarnya sudah menjadi indikator bahwa Aceh menolak perhelatan mengekploitasi wanita tersebut.
"FPI mendesak Pemerintah Aceh untuk menuntut kedua kontestan illegal yang sudah mencoreng nama baik Serambi Mekkah. Ini persoalan serius. Jika tidak ada respon, kita (FPI) akan menempuh jalur hukum untuk menuntut panitia dan kontestan yang mengatasnamakan Aceh. Apalagi Ajeys pernah melontarkan statmen di media sosial, wanita Aceh tidak identik dengan jilbab. Jadi, jika mewakili Aceh sah-sah saja tidak berjilbab. Itu tafsiran dari kata-kata Jeyskia," katanya.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus