Deputi Manajer Hukum dan Humas PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN) Aceh, Said Mukarram mengatakan, seringnya terjadi gangguan transmisi hingga menyebabkan pemadaman listrik di Aceh karena faktor gangguan di luar sistem.
Seperti kabel jaringan listrik yang bertegangan tinggi di hinggapi burung, kelelawar, kera bahkan benang-benang layangan yang putus, dan itu berpengaruh terhadap kelancaran arus listrik. Meski demikian kebutuhan listrik di Aceh tercukupi dan tidak mengalami defisit.
Adapun gangguan yang sering terjadi faktor di luar sistem di beberapa titik di Aceh, terutama di wilayah Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie dan sebagian wilayah Aceh Barat dan Selatan.
"Hampir semua jaringan transmisi PLN di Aceh bertegangan mencapai 150 megawatt, jadi sering terganggu faktor di luar sistem seperti sebutkan tadi," kata Said di Aceh, Rabu (25/2).
Dia memaparkan bila terjadi gangguan seperti disebutkan di atas, maka proses melakukan normalisasinya harus dilakukan penyisiran tiap jaringan yang terganggu. Setelah itu petugas harus kembali ke sistem hingga arus listrik normal kembali.
"Jadi sejak tahun ini tidak ada lagi pemadaman bergilir, kalau pun ada itu ada gangguan pada transmisi atau pun perbaikan mesin. Gangguan transmisi hanya sebentar, jika pemadaman terjadi lebih di atas empat jam itu artinya kita sedang mengalami defisit," jelasnya.
Kendati demikian, PLN Aceh tidak mengalami defisit, karena mesin-mesin pembangkit listrik dalam kondisi stabil. Kebutuhan listrik di Aceh saat ini sudah mampu menerima beban puncak hingga 400 watt.
Selain itu dengan adanya penambahan dua unit mesin baru pembangkit listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, dengan kapasitas masing-masing 100 Megawatt sudah dioperasikan hingga 80-90 Megawatt. Meskipun PLTU Nagan Raya saat ini masih melakukan penyesuaian terhadap mesin baru pembangkit listrik agar bisa bertahan menerima beban puncak.
"Di PLTU itu kan alat baru, jadi secara teknis mesin-mesin itu tidak bisa sekaligus kita paksa untuk menerima tekanan tinggi, jadi harus secara bertahap dan perlahan-lahan," jelasnya.
Katanya, paska beroperasinya PLTU Nagan Raya I dan II sejak tanggal 26 Januari 2013 dan 21 Maret 2013 dengan kapasitas 2x100 Megawatt. Listrik di Aceh akan berubah drastis dan menjadi lokomotif utama mendorong keandalan sistem kelistrikan di Aceh juga di Sumatera Utara.
Setelah beroperasi optimal PLTU Nagan Raya ini juga berpotensi menghemat BBM sekitar 195 ribu kilo liter atau setara Rp 1,67 triliun per tahun.
"Mudah-mudahan tahun 2017 mendatang PLTU Nagan Raya ini sudah kita optimalkan untuk menambah pasokan listrik di seluruh Aceh dan Sumatera Utara," tutupnya.[] sumber: merdeka.com
Editor: Boy Nashruddin Agus