PEJABAT Konsuler dan Ketua Satuan Tugas Perlindungan WNI KBRI Kuala Lumpur, Dino Wahyudin mengatakan kapal yang karam pada Rabu kemarin tengah berlayar menuju Banda Aceh dan bukan Malaysia. Sebanyak 97 WNI di kapal itu, ungkap Dino, berasal dari Aceh yang menetap di Malaysia dan ingin kembali ke Banda Aceh.
Demikian ungkap Dino, ketika dihubungi wartawan melalui telepon pada Rabu, 18 Juni 2014. Sebelumnya, media menulis kapal itu hendak berlayar menuju ke Malaysia.
Kendati ingin pulang ke Banda Aceh, lanjut Dino, belum tentu WNI itu memiliki dokumen resmi. "Karena ada juga dari mereka yang tidak memiliki dokumen resmi lalu mau pulang dan menumpang kapal itu," ujar Dino.
Menurut hasil penyelidikan awal, kemungkinan kapal karam, karena kelebihan muatan. "Kapal jenis pum-pum kan ukurannya tidak besar, sementara yang dimuat sekitar 97 orang. Namun, kami baru bisa mengetahui kondisi mereka setelah tiba di sana," ujar Dino.
Dia pun menambahkan pihak KBRI siap memberi bantuan kekonsuleran dan hukum, apabila ada pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh para WNI itu.
Berhasil Dievakuasi
Direktur Perlindungan dan Bantuan Hukum WNI, Tatang Razak, melalui pesan singkat ke VIVAnews, menyebut kapal yang ditumpang oleh ke-97 warga Indonesia itu jenis pum-pum yang tidak terlalu besar.
"Kapal berlayar dari Kampung Air Hitam, Pulau Carey, menuju ke Aceh, Indonesia. Korban yang berhasil diselamatkan bertambah dari 31 menjadi 58 orang," papar Tatang.
Dua korban lainnya yang berhasil dievakuasi, lanjut Tatang, ditemukan dalam keadaan tewas. Masing-masing korban berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun, identitas mereka masih diselidiki.
Sementara sisa 37 WNI lainnya, lanjut Tatang, masih dicari oleh tim SAR. Semua korban yang selamat saat ini berada di kantor polisi Teluk Panglima Garang untuk diselidiki lebih lanjut. "Rencana pencarian akan kembali dilanjutkan saat kondisi air di sana sedang naik. Saat ini, dari laporan yang saya terima, keadaan air tidak memungkinkan," imbuh Tatang. | sumber: viva.co.id