SELURUH rambut dan kumisnya telah memutih. Tetapi ia terlihat energik. Dengan cermat ia memaparkan satu demi satu strategi yang telah dirancang bersama timnya.
Pagi itu, 21 Februari 2014, lelaki sepuh itu, berbicara di hadapan Muzakir Manaf, Ketua Umum Partai Aceh. Zukifli Amin, lelaki itu, adalah orang tertua yang berada di ruangan tersebut. Saat itu, dua bulan menjelang pemilu legislatif, ia dipercaya sebagai Ketua Tim Perumus Program Kerja KPPA, Komite Pemenangan Partai Aceh.
Di usia tuanya, Zulkifli adalah orang berperan penting dalam merapikan manajemen Partai Aceh. Sebagai salah satu Wakil Ketua Partai Aceh yang dilantik pada 24 Maret 2013, ia merapikan administrasi, merumuskan program kerja dan membukukannya. Singkat kata, ia ingin Partai Aceh punya manajemen yang rapi.
Bagi Zulkifli, program kerja adalah kunci kemenangan. Itu sebabnya, ia adalah orang berkeras mengumpulkan rekan-rekannya membahas program partai di sela-sela kesibukan lain. Sebagian rekan setimnya sering memanggilnya dengan sebutan 'Ayah'.
"Suara-suara ada di wilayah. Kami dari Pusat hanya membuat garis besarnya saja. Program mendetail ada di wilayah. Bisa saja kebutuhan suatu daerah berbeda dengan daerah lain. Kita hanya memberi pegangan agar tidak melenceng dari UUPA dan MoU Helsinki," kata Zulkifli saat itu.
Lahir di Ujong Rimba, Pidie, 3 Juni 1945, Zukifli Amin adalah pensiunan dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala. Ia menyandang gelar magister pendidikan.
Sebelum bergabung di Partai Aceh, Zulkifli pernah berkiprah di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Jabatan tertingginya di partai berlambang Kabah itu adalah Wakil Ketua PPP Aceh. Zulkifli juga pernah dua kali berturut-turut duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh pada periode 1992-1999.
Ketika kemudian ada peraturan pegawai negeri harus memilih menjadi politisi atau PNS, Zulkifli memilih kembali ke kampus. Setelah pensiun, gelora politiknya disalurkan lewat Partai Aceh, partai lokal yang disahkan tahun 2008.
"Partai lokal harus kita besarkan. Inilah salah satu yang membedakan Aceh dengan daerah lain di Indonesia," kata Zulkifli kepada ATJEHPOST.CO suatu ketika.
Cita-cita Zulkifli diwujudkannya lewat ikut menata manajemen partai. Sayangnya, siang tadi, 6 Februari 2015, malaikat maut menjemputnya pukul 13.00 WIB, saat umat Islam di Aceh sedang menunaikan salat Jumat. Zukifli meninggal pada usia 69 tahun. Ia mengembuskan nafas terakhir di rumahnya di Lamdingan, Banda Aceh, setelah sebelumnya sempat menjalani operasi hati di RSU Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Kabar kepergian Zulkifli Amin adalah duka mendalam bagi partainya. Ketua Umum Partai Aceh, Muzakir Manaf mengatakan,"kita kehilangan kader terbaik. Beliau salah satu pendiri yang membuat Partai Aceh besar seperti sekarang."
"Almarhum adalah konseptor hebat Partai Aceh," tambah Mualem.
Selamat jalan, Pak Zul.[]
Editor: Yuswardi A. Suud