Akibat banjir yang melanda Aceh pada akhir tahun 2014, puluhan ribu hektare tambak rusak dan ribuan hektare sawah yang baru ditanami juga terkena imbas. Banjir terparah terjadi di Aceh Timur dan Aceh Utara.
Menindaklanjuti masalah tersebut, Gubernur Aceh Zaini Abdullah menggelar rapat terpadu. “Masing-masing dinas dan badan untuk segera turun ke lapangan mengambil peran masing-masing,” katanya dalam rilis yang diterima Tempo, Sabtu, 3 Januari 2015.
Menurut Zaini, banjir yang melanda Aceh Timur dan Aceh Utara mencapai 3-3,5 meter. Air merendam ribuan hektare sawah, jalan, rumah, ternak, sekolah, serta fasilitas kesehatan.
Areal benih yang gagal tumbuh setelah ditanam mencapai 5.861 hektare. Zaini meminta Dinas Pertanian Aceh agar segera bertindak untuk mengantisipasi dengan stok benih yang ada.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, di wilayah Pidie dan Pidie Jaya tambak yang rusak 1.862 hektare dan 10 kilometer jalan rusak. Di Aceh Utara, tambak yang rusak seluas 9.959 hektare, di Aceh Timur seluas 20 ribu hektare, Aceh Tamiang 5.933 hektare, dan Kabupaten Bireun 3.130 hektare. Kerugian diperkirakan sekitar Rp 230 miliar.
Sekretaris Daerah Aceh Dermawan mengatakan Pemerintah Aceh akan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota untuk mengatasi masalah tersebut. "Untuk mempercepat perbaikan infrastruktur, dengan data yang konkret dari kabupaten/kota,” ujarnya.
Pengumpulan data sedang dilakukan untuk penyaluran bantuan termasuk kepada pengungsi akibat banjir di enam kabupaten yang mencapai 37 ribu jiwa.[] sumber: tempo.co