Lokasi ditemukan kompleks makam tenggelam dalam lahan di Gampong Pie, Samudera, Aceh Utara, diduga bekas pemukiman zaman Kesultanan Samudra Pasai.
“Orang-orang zaman dulu di gampong itu menyebut lokasi tersebut Kuta Sagoe. Jadi perkiraan kita, itu memang bekas pemukiman kuno, dan lokasinya tidak jauh dari kompleks makam Sultan Al-Malik Ash-Shalih,” ujar Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah Islam, kepada atjehpost.com, Senin, 3 Maret 2014.
Jarak lokasi kompleks makam terbenam itu dengan makam Sultan Al-Malik Ash-Shalih, lebih dikenal dengan sebutan Malikussaleh, di gampong Beuringen, kecamatan Samudera, sekitar 700 meter.
Sebelah timur kompleks lahan bekas Kuta Sagoe itu adalah krueng mate. Sebelah baratnya Krueng Pasai yang jalurnya telah dialihkan sehingga tidak lagi mengalir lewat lokasi tersebut. “Makam-makam di lokasi itu terbenam diduga akibat lumpur luapan sungai, karena menurut orang-orang zaman dulu di gampong itu, dulunya di sana sering banjir,” kata Taqiyuddin.
“Dan saat kita membersihkan kompleks makam yang terbenam itu, kemarin, memang banyak bekas lumpur, selain semak-semak yang cukup tebal,” ujar dia lagi.
Permukaan lahan itu juga lebih rendah dari lokasi lain di gampong Pie. Kompleks makam Na’ina Husamuddin bin Na’ina Amin, misalnya, tampak seperti bukit kecil. Jarak kompleks makam terbenam dengan makam Na’ina Husamuddin yang telah dipugar oleh pemerintah, lebih kurang 150 meter.
“Na’ina Husamuddin adalah seorang tokoh di zaman Kesultanan Samudra Pasai yang wafat pada 823 Hijriah (1420 Masehi), makamnya terbuat dari marmer. Diperkirakan ia berasul-usul dari Persia karena ditemukan bait-bait syair dalam bahasa Persia pada batu nisan sebelah kaki (selatan) makamnya. Syair-syair tersebut milik Sa’diy Syiraziy, penyair sufistik terkenal di Persia,” ujar Taqiyuddin.
Kompleks makam terbenam itu dikelilingi areal sawah. Sebelum ditemukan nisan-nisan kuno dalam kompleks makam yang terbenam itu, warga gampong Pie telah menemukan sejumlah nisan tinggalan zaman Samudra Pasai di areal sawah. “Ditemukan saat membajak sawah untuk menanam padi,” kata Zainal Abidin, mantan geuchik gampong Pie.
Batu-batu nisan kuno yang ditemukan dalam sawah itu, sekitar 50 meter dari kompleks makam terbenam, telah diletakkan secara tertatur membentuk sejumlah makam di tepi sawah tersebut. “Nisan-nisan yang ditemukan warga dalam sawah itu masih dalam asosiasi kompleks makam yang terbenam ini,” ujar Taqiyuddin.[]
Editor: