BANYAK masyarakat yang salah memahami dan menilai hubungan sejarah Aceh dan Turki. Salah satu negara di Eropa tersebut bahkan sering disebut atau memandang dirinya lebih tinggi dari Aceh. Padahal sebaliknya.
"Sering dikatakan Aceh menghubungi Turki untuk meminta bantuan, akan tetapi sebenarnya tidak sesederhana itu," ujar Mehmet Ozay, Sosiolog Islam dari Istanbul dalam peluncuran buku Kesultanan Aceh dan Turki; Antara Fakta dan Legenda karyanya di gedung Aceh Community Center (ACC) Sultan II Selim, Banda Aceh, Rabu, 19 November 2014.
Ia mengatakan para pendiri Aceh Darussalam memiliki tujuan yang sangat besar dalam membangun hubungan tersebut masa itu. Aceh sudah terlebih dahulu mengetahui keberadaan kerajaan Islam Turki di Eropa yang menguasai sebagian besar benua tersebut.
"Patut diperhatikan betapa maju orang-orang Aceh kala itu yang sudah mampu berpikir sangat jauh," katanya.
Menurut Mehmet Ozay, hubungan tersebut terjadi karena inisiatif dari Aceh yang menganggap adanya hubungan secara keagamaan antara Aceh dan Turki. Ia juga mengutip catatan Bustanussalatin yang menyebutkan ada dua kekuatan Islam paling besar di dunia masa itu. Satu berada di Eropa yaitu Turki dan kekuatan Islam lainnya berada di Timur yaitu Aceh.
"Tidak benar jika mengatakan Aceh mencari bantuan ke Turki, akan tetapi kedua negara ini sama-sama saling membutuhkan. Di Aceh punya hasil alam yang melimpah ruah dan di Turki punya kekuatan perlengkapan perang yang sangat lengkap, karena itu sangat dibutuhkan untuk saling melengkapi, oleh karenanya terjadilah hubungan antara Aceh dan Turki," katanya.
Turut hadir dalam peluncuran buku ini penerjemah buku Afdhal Muchtar, pengamat hubungan antarbangsa Sahari Ganie, pemandu Thayeb Loh Angen serta panelis Ariful Azmi Usman. Peluncuran buku ini juga dihadiri Prof. Hasbi Amiruddin dan sejumlah tamu undangan lainnya serta mahasiswa.[]