AHLI sejarah dan arkeologi dari Universitas Sains Malaysia (USM), Unsyiah Banda Aceh, dan Universitas Sumatera Utara atau USU akan meneliti situs Bukit Lamreh, Aceh Besar, selama 18 hari mulai besok, Minggu, 27 September 2014.
Informasi diperoleh ATJEHPOST.co, para ahli dari tiga universitas tersebut telah menggelar pertemuan membahas rencana penelitian di Lamreh, Sabtu, 27 September 2014.
Pertemuan dihadiri Ketua Pusat Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG) USM, Prof. Mokhtar Saidin, Ketua Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsyiah Dr. Husaini Ibrahim, M.A., dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU Dr. Suprayitno, M.Hum. Selain itu, ikut serta peneliti sejarah dan kebudayaan Islam yang juga ahli epigrafi Arab Taqiyuddin Muhammad, Akeolog Dedi Satria dan lainnya.
Suprayitno membenarkan pihaknya baru selesai mengadakan pertemuan membahas rencana penelitian di Bukit Lamreh. “Dalam meeting tadi kita coba memetakan isu terpenting dari Lamreh,” ujarnya lewat telpon seluler, tadi sekitar pukul 17.25 WIB.
Ia mengatakan pihaknya sepakat membagi kajian penelitian dalam enam grup yang masing-masing fokus sesuai keahlianya. Suprayitno tergabung dalam satu grup bersama Taqiyuddin Muhammad dan Dedi Satria yang akan mengkaji inskripsi pada batu nisan peninggalan sejarah. Grup lainnya melakukan survei permukaan, kajian lingkungan, dan ekofak.
“Rencananya hasil kajian ini nanti akan dibentuk semacam galeri di Lamreh,” katanya.
Ia mengatakan penelitian di situs Lamreh merupakan tidak lanjut dari penandatanganan MoA antara USM, USU, dan Unsyiah di Banda Aceh, beberapa bulan lalu, terkait kajian Arkeologi Islam.
“Ke depan juga akan dilanjutkan kajian ke Barus, tapi belum kita pastikan jadwalnya karena fokus dulu di Bukit Lamreh,” ujarnya.[]