Masjid Jamik Indrapuri yang berada di seputar pasar Kecamatan Indrapuri ini awalnya merupakan candi milik umat Hindu pada abad ke-12 Masehi. Seperti diketahui, sebelum Islam masuk ke Aceh wilayah ini terlebih dahulu dikuasai oleh Kerajaan Hindu. (Baca: Masjid 'Laut Madu' Turen yang Ajaib)
Peradaban Hindu di Aceh kemudian berganti menjadi peradaban Islam setelah Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-15. Sultan pertamanya adalah Ali Mughayat Syah. Begitu Islam masuk dan menguasai wilayah Indrapuri, candi ini kemudian beralih fungsi menjadi masjid. Konon peralihan itu terjadi ketika masa Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16.
Masjid ini dibangun di atas reruntuhan bangunan candi yang juga berfungsi sebagai benteng di masa penjajahan Belanda dan Portugis. Sebelum menjadi masjid candi yang dinding-dindingnya dipenuhi ornamen penggambaran makhluk hidup sengaja dihancurkan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Islam yang melarang adanya penggambaran makhluk bernyawa. Khususnya di tempat ibadah.
Di masa lalu, Indrapuri merupakan kerajaan yang didirikan umat Hindu di Aceh. Pendirian kerajaan ini berawal dari terbunuhnya suami adik Putra Harsha dari India dalam sebuah peperangan dengan bangsa Huna di tahun 604 Masehi. Adik perempuan Putra Harsha kemudian melarikan diri ke Aceh dan mendirikan kerajaan yang diduga kuat adalah Indrapuri sekarang.
Bekas-bekas candi masih terlihat pada tapak di sekeliling masjid. Tapak-tapak tersebut diperkirakan hampir sama besarnya dengan candi Borobudur di Jawa Tengah. Di bawah bangunan diperkirakan banyak patung-patung Hindu yang terkubur. Indrapuri kini menjadi salah satu kecamatan di wilayah Aceh Besar.[]
Baca juga:
Editor: Ihan Nurdin