SEKRETARIS Central Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH), Mawardi Ismail, meminta pemerintah agar lebih giat melakukan kajian-kajian sejarah di Aceh. Hal ini disampaikannya menyikapi pernyataan Arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada, Laila Abdul Jalil, SS, MA yang menyebutkan situs Lamuri di Lamreh adalah komunitas dagang dan bukan kerajaan. (Baca: Arkeolog UGM: Lamuri Bukan Kerajaan Tapi Komunitas Dagang)
"Seharusnya mereka lebih giat melakukan kajian, jangan hanya bisa cari sensasi di media saja," katanya kepada ATJEHPOST.co, Sabtu malam, 10 Januari 2015.
Ia mengatakan banyak sekali penelitian yang dilakukan di situs Kerajaan Lamuri dan melibatkan tim ahli dari dalam dan luar negeri. Teranyar, kata dia, Grup Penjejak Tamaddun Dunia (GPTD) dari Malaysia juga mengkaji sejarah Islam di Aceh yang menjadikan Lamuri sebagai destinasi utama mereka pada Desember 2014 lalu.
"Lantas dengan begitu banyaknya keinginan dari pihak luar dan dalam negeri untuk meneliti Lamuri, saya rasa pemerintah kurang bijak dengan mengatakan bahwa Lamuri itu hanya sebatas komunitas pedagang saja. Saya pribadi menduga ada misi terselubung dari pemerintah untuk mengecilkan peranan Kerajaan Islam di Aceh, yang akhirnya akan berefek kepada diangkatnya kerajaan-kerajaan di luar Aceh secara spektakuler," katanya.
Ia juga menilai arkeolog Laila Abdul Jalil tidak memiliki kapasitas untuk berbicara sejarah Islam. Apalagi Mawardi menduga Laila sangat jarang meneliti situs Lamuri.
"Dan sempat pula saya hadiri satu seminar yang diadakan BPCB tahun 2013 lalu, dan Ibu Laila Abdul Jalil salah satu narasumbernya. Dalam pemaparannya sebagai narasumber, saya menyimak banyaknya penjelasan yang loncat-loncat untuk referensi sejarah Islam. Itu amat disayangkan," ujarnya.
Mawardi juga meminta para pihak agar membaca situs resmi CISAH, miskyah.com, yang banyak memuat referensi tentang Lamuri. Di situs tersebut, kata Mawardi, terdapat referensi terjemahan dari hampir semua inskripsi pada batu nisan di Lamreh yang langsung ditulis ahli epigraf Aceh, Taqiyuddin Muhammad.
"Oya, satu lagi, banyaknya makam tokoh yang bergelar sultan di Lamreh, sudah meruntuhkan praduga Ibu Laila soal komunitas atau kerajaan kah Lamuri itu. Semakin kita meneliti, semakin banyak pula referensi baru yang kita temukan. Sebaliknya, semakin kita mengecilkan peranan, semakin lemah pula keinginan dari orang lain untuk melakukan kajian. Jangan sampai itu terjadi, cukup Ibu Laila sajalah yang kurang cinta sama Aceh, jangan mengajak yang lain untuk mengurangi rasa cintanya kepada Aceh," katanya.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus