IKATAN Mahasiswa Pasca Sarjana (IMPAS) Aceh-Jakarta mendesak Gubernur Zaini dan DPR Aceh agar mempertahankan anggaran untuk dayah, masjid dan meunasah yang bersumber dari APBA.
"Aceh memiki keistimewaan terhadap Pendidikan, Agama dan Adat. Jadi, punya landasan hukum kuat untuk mempertahankan alokasi anggaran bersumber dari APBA dan APBK. Tim Banggar DPRA bersama TAPA harus bekerja maksimal dalam meyakinkan tim evaluator APBD Kemendagri agar alokasi anggaran berbasis daerah keistimewaan dapat dipertahankan," ujar Sekjen IMPAS Muntasir Ramli kepada ATJEHPOST.co, Sabtu, 14 Februari 2015.
Menurutnya proses pengusulan anggaran dayah sudah diajukan melalui mekanisme dan prosedur yang tepat. Muntasir menilai hal ini juga sudah sesuai RPJM Aceh untuk peningkatan pendidikan dayah, sarana dan prasarana, pemberdayaan santri, peningkatan manajemen dayah, peningkatan mutu pendidikan dayah, serta penelitian dan pengembangan dayah.
"Apabila anggaran tersebut dihapus atau diberi tanda bintang, tentu sangat menciderai rasa keadilan. Apalagi masih banyak dayah di Aceh belum tersentuh bantuan pemerintah, terutama dayah-dayah salafi di daerah pedalaman. Alokasi anggaran untuk dayah selama ini masih sangat minim dan diskriminatif dibandingkan alokasi anggaran pendidikan formal," katanya.
Muntasir mengatakan dayah sudah menjadi tonggak penegakkan syiar Islam dan benteng pertahanan mengusir penjajahan di Aceh sejak masa perang Belanda di Aceh. Dayah juga berperan penting dalam perjalanan sejarah sehingga Aceh menjadi daerah modal dalam membidani lahirnya Republik Indonesia.
"Jadi sangat keliru, apabila pemerintah pusat mengkerdilkan pendidikan dayah, mengingat peran dayah sangat strategis dalam mencetak para intelektual untuk kemajuan bangsa dan negara," katanya.
Ia meminta Pemerintah Aceh dan Pusat untuk mempelajari kembali sejarah terutama tentang peran dan kontribusi dayah dalam mendirikan republik Indonesia. "Ini agar konsisten mencari alternatif pendanaan yang cukup dan penyediaan infrastruktur yang memadai sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara pendidikan dayah dengan pendidikan formal," ujarnya.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus