TUJUH kali bolak-balik ke kantor Inspektorat Aceh di Jalan Gurami, Lamprit, Banda Aceh, akhirnya pejabat di kantor auditor Pemerintah Aceh itu bersedia menemui wartawan The Atjeh Post pada 1 September 2014. Pejabat itu adalah Iskandar, Sekretaris Inspektorat Aceh.

Ditemui di kantornya, Iskandar menerima wartawan media ini di ruang kerjanya. Namun, ketika ditanya tentang hasil audit dana hibah anggaran 2013 untuk Lembaga Dirgantara Aceh senilai Rp15,3 miliar, Iskandar menjawab,"jadi lage nyoe dek (jadi begini dik) saya tidak berhak untuk menjawab permasalahan audit Dirgantantara Aceh.”

Iskandar yang merupakan orang nomor dua setelah Kepala Inspektorat mengaku tidak tahu menahu tentang permasalahan dana Lembaga Dirgantara Aceh.

“Sebenarnya saya tidak tahu sama sekali tentang Anggaran Dirgantara Aceh, saya hanya tahu nama pengelola sekolah tersebut Teuku Syahril,” kata Iskandar sambil tertawa kecil.

Ditanya siapa yang berhak bicara, Iskandar mengatakan hanya Kepala Inspektorat yang berhak memberi keterangan, sementara Iskandar  hanya mengurus internal kantor.

“Secara kode etik, permasalahan ini pak gubernur yang berbicara, ya..mungkin pak inspektur bersedia memberikan keterangan” kata Iskandar sambil tersenyum.

Seperti diberitakan sebelumnya Dirgantara Aceh  hingga kini belum mempertanggungjawabkan penggunaan dana hibah 2013 sebesar Rp15,3 miliar untuk pendidikan calon pilot yang dibiayai Pemerintah Aceh. Sebanyak 7 calon pilot eks Malaysia yang telah mengikuti pendidikan sejak 2010 hingga kini belum menyelesaikan pendidikan dengan alasan ketiadaan dana.[]

Laporan: Zulkarnaini Syehjoel